Selasa, 21 Maret 2017

MODUL PELATIHAN PERSONALITY
“MENINGKATKAN KEMAMPUAN BEREMPATI”



PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Empati suatu istilah umum yang dapat digunakan untuk pertemuan, pengaruh dan interaksi di antara kepribadian-kepribadian. “ Empati ” merupakan arti dari kata “einfulung” yang dipakai oleh para psikolog Jerman. Secara harfiah ia berarti “merasakan ke dalam”. Empati berasal dari kata Yunani “pathos”, yang berarti perasaan yang mendalam dan kuat yang mendekati penderitaan, dan kemudian diberi awalan “in”. Kata ini paralel dengan kata “ simpati “. Tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Bila simpati berarti merasakan         bersama dan  mungkin mengarah pada sentimentalitas, maka empati mengacu  pada  keadaan identifikasi kepribadian yang lebih mendalam kepada seseorang, sedemikian sehingga seseorang yang berempati sesaat melupakan/ kehilangan identitas dirinya sendiri. Dalam proses empati yang  mendalam  dan  misterius  inilah berlangsung  proses pengertian, pengaruh dan bentuk hubungan antar  pribadi  yang  penting  lainnya.
Menurut Rogers dalam  Konseling dan Psikoterapi (Gunarsa Singgih, 1992, hal. 72), empati  bukan  hanya  sesuatu  yang  bersifat  kognitif  namun  meliputi emosi dan pengalaman.  Juga diartikan sebagai usaha menglami dunia klien sebagaimana klien mengalaminya.  Karena itu, seorang  kenselor harus berusaha memahami pengalaman klien dari sudut klien itu sendiri. Dalam makalahnya yang berjudul “The Necessary and Sufficient Conditions of Therapeutic Personality Change” (Kondisi Yang Harus Terjadi Dan Cukup Bagi Perubahan Pada Klien), Rogers mengemukakan  tentang emphatic  understanding, yakni kemampuan untuk memasuki dunia pribadi orang.  Emphatic understanding merupakan salah satu dari tiga atribut yang harus dimiliki oleh seorang  terapis dalam  usaha  mengubah perilaku  klien. Atribut yang  lain yaitu kewajaran  atau  keadaan  sebenarnya (realness)  dan menerima (acceptance)  atau  memperhatikan (care).

B. Tujuan Pelatihan
1. Meningkatkan  kemampuan berempati bagi individu melalui penerapan tips yang akan diberikan .
2. Meningkatkan kemampuan berempati  antar anggota kelompok melalui materi dan games yang akan diberikan

C. Materi
1. Tips dan Penerapan untuk meningkatkan berempati bagi individu
2. Pelatihan berempati bagi kelompok melalui games games
D. Waktu
60 menit

E. Peralatan dan Fasilitas
Adapun peralatan dan fasilitas yang digunakan dalam pelatihan ini
A. Peralatan
- Pelatihan : LCD, Laptop, video, speaker
- Peserta : -
- Narasumber: Notes.

F. Metode
Penjelasan materi untuk meningkatkan berempati bagi individu beserta penerapannya, Pelatihan untuk meningkatkan rasa saling memahami .

G. Prosedur
1. Memperkenalan narasumber .
2. Pemutaran video kepada para peserta.
3. Mengajak interaksi kepada para peserta.
4. Masuk materi inti yaitu penjelasan narasumber tentang meningkatkan kemampuan berempati sekaligus penutupan pelatihan.

H. Rancangan Pelatihan
WAKTU DURASI SLOT
14.20-14.25 5 Menit Mempersiapkan pelatihan
14.25-14.40 10 menit Memperkenalkan narasumber dan memulai memutar video
14.40-14.55 20 menit Memulai interaksi dengan para peserta pelatihan sekaligus melakukan games..
14.55-15.15 25 menit Acara inti narasumber menerangkan materi tentang meningkatkan kemampuan berempati dan penutupan pelatihan


I. PEMBAGIAN SESI
1. SESI I
Sesi pertama adalah pengenalan narasumber dan juga pemutaran video. Pemutaran video diawal berguna untuk menarik perhatian para peserta sehingga fokus terhadap jalannya pelatihan. Video yang diputar juga masih berhubungan dengan rasa empati. Setelah pemutaran video, peserta akan diajak menghayati tentang video yang telah di tampilkan, kemudian narasumber meminta pendapat kepada peserta tentang pemutaran video tersebut dan juga peserta akan diajak maju kedepan beberapa orang, lalu salah seorang peserta akan diminta melihat ekspresi temannya setelah melihat video tersebut dan mengungkapkan pendapat yang sedang dirasakan oleh temannya. Hal ini bertujuan agar temannya dapat merasakan apa yang dirasakan oleh temannya, hal ini juga nantinya akan menumbuhkan rasa empati terhadap sesamanya.
2. SESI II
Sesi kedua adalah sesi penyampaian materi yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang meningkatkan komunikasi untuk pada peserta. Adapun materi yang dipakai adalah sebagai berikut :
Empati berbeda dangan simpati. Perasaan simpati sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yang menggambarkan perasaan seseorang kepada orang lain. Beda antara empati dan simpati adalah, bahwa simpati lebih memusatkan perhatian pada perasaan diri sendiri bagi orang lain, sementara itu perasaan orang lain atau lawan bicaranya kurang diperhatikan. Sedangkan empati lebih memusatkan perasaanya pada kondisi orang lain atau lawan bicaranya. Empati juga hubungan dengan bagaimana orang lain merasakan diri saya, baik masalah saya maupun lingkungan saya.
Kata empati mengandung makna bahwa seseorang mencoba untuk mengerti keadaan orang lain sebagaimana orang tersebut mengertinya dan menyampaikan pengertian itu kepadanya (Hansen, dkk, 1982). Empati bearti masuk ke dalam diri seseorang dan melihat keadaan diri sisi orang tersebut, seolah-olah ia dalah orang itu.
Berempeti tidak hanya dilakukan dalam memahami perasaan orang lain semata, tetapi harus dinyatakan secara verbal dan dalam bentuk tingkah laku. Tiga tahap dalam berempati menurut Garda, dkk., (1991) adalah:
1. Tahap pertama, mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan orang lain, bagaimana perasaannya, apa yang terjadi pada dirinya.
2. Tahap kedua, menyusun kata-kata yang sesuai untuk menggambarkan perasaan dan situasi orang tersebut.
3. Tahap ketiga, menggunakan susunan kata-kata tersebut untuk mengenai orang lain dan berusaha memahami perasaan serta situasinya.
Proses ini tidaklah mudah, tetapi jika sering dilakukan akan menjadi terbiasa (otomatis). Respon-respon empati akan berpengaruh terhadap orang yang diberi empati. Orang tersebut merasa didengarkan, diperhatikan, dipahami masalahnya, dan dihargai

  Peran Empati dalam Perkembangan Moral
Empati dibangun berdasarkan kesadaran diri. Semakin terbuka seseorang kepada emosi diri sendiri, semakin ia membaca perasaan (Golemen, 1997). Kegagalan untuk medapat perasaan orang lain, merupakan kekurangan utama dalam kecerdasan emosional, dan catatab yang menyedihkan sebagai seorang manusia. Setiap hubungan yang merupakan akar kepedullian berasal dari penyesuaian emosional, dari kemampuan untuk berempati, yaitu kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain dan ikut berperan dalam pergulatan dalam kehidupannya. Tiadanya empati juga sangat nyata, yaitu terlihat pada psikopat criminal, pemerkosaan, pemerkosaan anak-anak.

Hidup Tanpa Empati Adalah Kejahatan
Empati mendasari banyak segi tindakan dan pertimbangan moral. Oleh jika seseorang tidak memiliki rasa empeti pada sesame kemungkinan banyak yang bias terjadi adalah, dia akan bertindak semuanya saja kepada orang lain. Mereka yang tidak punya empeti ini memiliki potensi untuk melakukan “tindak kejahatan” kepada orang lain, karena mereka hanya menggunakan pertimbangan pikirannya sendiri, yang sangat “egois” maunya benar sendiri.
Jika seseorang sudah mulai bertindak dengan cara semau gue, dengan tidak mau mengerti kepentingan orang lain, maka tentu saja itu sudah merupakan tidakan kejahatan secra “psikis” karena bias menyakiti perasaan orang lain, den secara “fisik”, karena kemungkinan besar dia bias menyakiti tubuh atau fisik orang lain. Ketiadaan empeti ini sangat nyata terdapat pada diri pelaku tindak kejahatan seperti, “psikopat” yaitu “orang yang tidak pernah perasaan bersalah dan menyesal maupun mali, serta melakukan kejahatan”, atau pemerkosa, atau “kejahatan dalam rumah tangga”. Sangat banyak temuan-temuan “psikologis” yang menunjukkan, bahwa para pelaku kejahatan pada umumnya memang tidak mempunyai rasa empeti dan mereka ini dinamakan “psikopat”. Ketidakmampuan mereka untuk merasakan penderitaan korbanya ini, memungkinkan mereka melontarkan kebohongan-kebohongan kepada dirnya sendiri maupun kepada orang lain, sebagai pembedaan atas kejahatannya.

Kemampuan Empati
Goleman (1997) menyatakan ada 3 (tiga) karakteristik kemampuan empati yaitu :
1. Mampu menerima sudut pandang orang lain
Individu mampu membedakan antara apa yang dikatakan atau dilakukan orang lain dengan reaksi dan penilaian individu itu sendiri. Dengan perkembangan aspek kognitif seseorang, kemampuan untuk menerima sudut pandang orang lain dan pemahaman terhadap perasaan orang lain akan lebih lengkap dan akurat sehingga ia akan mampu memberikan perlakuan dengan cara yang tepat.
2. Memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain
Individu mampu mengidentifikasi perasaan-perasaan orang lain dan peka terhadap hadirnya emosi dalam diri orang lain melalui pesan non verbal yang ditampakkan, misalnya nada bicara, gerak-gerik dan ekspresi wajah. Kepekaan yang sering diasah akan dapat membangkitkan reaksi spontan terhadap kondisi orang lain, bukan sekedar pengakuan saja.
3. Mampu mendengarkan orang lain
Mendengarkan merupakan sebuah ketrampilan yang perlu dimiliki untuk mengasah kemampuan empati. Sikap mau mendengar memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap perasaan orang lain dan mampu membangkitkan penerimaan terhadap perbedaan yang terjadi.

 Cara Menumbuhkan Empati
Empati sering juga disebut dengan kepedulian. Yakni kesanggupan untuk peka terhadap kebutuhan orang lain, kesanggupan untuk turut merasakan perasaan orang lain serta menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Peduli atau empati tak berhenti sampai di situ, tapi dilanjutkan dalam tahap menanggapi dan melakukan perbuatan yang diperlukan orang lain. Untuk dapat bersikap peka dan peduli dibutuhkan tingkat kematangan kepribadian tertentu.
Ada beberapa langkah praktis agar kita bisa belajar menanamkan rasa empati dan peduli:
1. Kenali Perasaan Sendiri
Prosesnya adalah dengan meraba dan menghayati berbagai perasaan yang berkembang dalam diri seperti sedih, gembira, kecewa, bangga, terharu dan sebagainya. Mengenali perasaan sendiri merupakan bagian dari tuntutan kecerdasan emosi. Orang yang mengenali perasaan diri, biasanya mampu mengendalikan emosinya, sehingga ia tidak melakukan tindakan gegabah saat mendapati kenyataan di luar dirinya yang berbeda dengan keinginannya.
2. Sediakan Waktu Mneyendiri untuk Berpikir apa yang Telah Terjadi
Ini sebenarnya termasuk proses pengenalan dan pengendalian emosi. Karena biasanya orang sulit mempunyai gambaran jernih terhadap suatu persoalan dalam kondisi emosi yang bermacam-macam. Pasangan suami isteri umumnya merasa lebih empati satu sama lain ketika mereka sendirian dan memikirkan pasangan mereka. Rasa bersalah biasanya muncul saat mengemudikan mobil seorang diri ke tempat kerja, di masjid saat tafakkur, menjelang tidur, saat shalat malam dan sebagainya. Dalam waktu-waktu tersebut, seseorang mempunyai waktu untuk memikirkan kembali berbagai masalah yang ia alami. Selanjutnya, memulai yang lebih baik dengan memperbaiki terlebih dulu dirinya, sebelum menuntut orang lain berlaku baik kepadanya.
3. Cobalah Memandang Masalah dari Sudut Pandang Orang Lain
Empati adalah ketika kita dapat merasakan, apa yang orang lain rasakan dan juga dapat melihat masalah dari sudut pandang mereka. Masukilah dunia mereka dan cobalah memandang masalah dari sisi tersebut. Dengan demikian, pihak lain tidak saja hanya merasa dimengerti tapi ia merasa lebih disukai. Jadilah Pendengan Yang Baik
4. Biasakan Menghayati Fenomena Berbagai hal yang kita Jumpai
Misalnya, saat kita melihat seorang tunanetra di tengah keramaian, nyatakan dalam hati betapa sulitnya orang itu memenuhi kebutuhannya. Langkah ini biasanya berlanjut dengan kesanggupan menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Ketika mendapati anak-anak yang mengamen di jalanan hingga larut malam, misalnya. Katakanlah pada diri sendiri, bagaimana jika mereka itu adalah anak-anak kita. Jika menyaksikan himpitan rumah gubuk di pinggiran rel kereta, bayangkanlah bila keadaan itu dialami oleh keluarga kita. Dan seterusnya. Setiap muslim harus memiliki sikap seperti ini. Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang tidak peduli dengan nasib urusan kaum muslimin maka ia tidak termasuk golongan kaum muslimin, ” (HR Thabrani).
5. Berlatih Mengatur dan Menagtasi Gejolak Emosi dalam Menghadapi Reaksi Positif Maupun Negatif.
Di sekitar kita, banyak peristiwa yang bisa menyulut gejolak emosi. Di rumah, seorang suami bisa saja menemui segala macam hal yang berantakan. Seorang istri mendapati suaminya tak banyak memberi nafkah. Di jalanan seorang sopir bisa menemui banyak peristiwa yang memanaskan. Dalam segala kondisi, berupaya mengendalikan emosi merupakan perjuangan berat, tapi itu perlu. Rasulullah adalah pribadi yang sangat lembut dan empati terhadap isterinya. Saat Aisyah ra jatuh sakit akibat beredarnya kabar bohong (haditsul ifki) yang menuduhnya berselingkuh, Rasulullah saw menyempatkan diri menjenguk Aisyah di rumah orang tuanya, Abu Bakar ra. Di sana Rasul menenangkan Aisyah. Sementara itu, Utsman ra lebih dulu merawat isterinya Ruqayyah yang jatuh sakit, meski saat itu ia sangat menggebu untuk terlibat di medan jihad.
6. Latihan Berkorban Untuk Kepentingan Orang
Sebuah studi di Harvard University, Amerika Serikat, menunjukkan adanya keterkaitan yang jelas antara besarnya tanggung jawab seorang anak, dengan kecenderungan bersedia mementingkan orang lain. Empati sangat berhubungan dengan kesediaan berbuat baik (altruisme). Empati yang tinggi memperbesar kesediaan untuk menolong, untuk berbagi dan berkorban demi kesejahteraan orang lain. Kesanggupan untuk berempati sendiri adalah kesanggupan yang ada pada tiap orang. Islam juga menganjurkan orang yang memasak sayuran memperbanyak kuahnya untuk diberikan pada tetangga. Biasakan mensyukuri nikmat Allah, apapun bentuknya, dengan memberi sebagian dari apa yang kita miliki untuk orang lain, terutama yang membutuhkan.

J. PEMBAHASAN
Di dalam pelatihan ini ada bebrapa manfaat yang kita ambil diantaranya :
1. Peserta bisa saling mengenal satu sama lain.
2. Peserta jadi lebih konsentrasi untuk meningkatkan empati

Assalamualikum...

Kesempatan kali ini saya akan posting tentang perumpumaan mengenai diri saya yang diberika oleh teman satu kelompok saya.


  • Menurut Pegy : Ovi seperti permen, semakin di rasa semakin manis.
  • Menurut Wira : Ovi itu bagaikan gendang kalau tidak di pukul tidak akan berbunyi seperti itu lah Ovi, kalau tidak diajak bicara dia akan diam terus. 
  • Menurut Wibi : Ovi bagaikan pasir yang terbawa ombak, dia selalu ikut arus tetapi dia bisa menjaga diri dengan baik.
  • Menurut Alvin : Ovi bagaikan motor tanpa kunci, jika tidak diajak ngomong dia tidak akan bersuara.

Sekian tugas mata kuliah Personality Development. Terima kasih sudah membaca 😊😊😊

Senin, 27 Februari 2017

Personality Development



Assalamualaikum Wr. Wb

Pada kesempatan kali ini saya akan menganalisis mengenai diri saya sendiri dengan pendekatan-pendekatan yang ada dalam teori-teori tentang kepribadian. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah “Personality Development”.

Saya mengambil 2 teori yaitu Teori Pra Ilmiah dan Teori Ilmiah untuk menganalisis diri saya.



Upaya memahami kepribadian

1.     Masa Pra Ilmiah

a.    Ilmu Astrologi atau Ilmu Perbintangan.

Ilmu ini berupaya menerjemahkan keberadaan manusia berdasarkan posisi benda langit, terutama matahari, bulan, planet dan lunar node seperti dilihat pada waktu dan tempat lahir seseorang. Akhir-akhir ini astrologi masih dikenal dan dipergunakan untuk menilai kepribadian seseorang dalam kajian populer terutama terkait 12 zodiak berdasarkan tanggal lahir.

Menurut Ilmu Astrologi atau Ilmu Perbintangan , saya termasuk ke zodiak Scorpio karena saya lahir pada tanggal 12 November. Berikut beberapa penjelasan mengenai zodiak Scorpio dari berbagai sumber yang saya dapat.

Scorpio merupakan orang yang memiliki semangat dalam menempuh suatu tujuan atau cita-cita. Jika seseorang baik kepada Scorpio maka dia akan bersikap benar benar baik. Sebaliknya jika seseorang jahat kedapanya maka dia akan benar benar jahat. Seperti yang ada dalam diri saya. Jika orang lain baik kepada saya maka saya akan lebih baik kepadanya, jika orang tersebut jahat kepada saya maka saya juga akan jahat kepadanya.

Scorpio suka berdiam diri, akan tetapi bukan berarti dia adalah orang yang pendiam. Seperti halnya saya, saya lebih suka diam jika ada di tempat yang baru, suasana baru, dan kepada teman baru. Mungkin orang lain beranggapan bahwa saya orangnya pendiam. Padahal jika sudah saling kenal saya adalah orang yang cerewet, humoris dan jail.
 

b.    Onychology atau Ilmu Kuku

Ilmu tentang kuku yang mengutamakan pada anggapan bahwa dasar keadaan kuku dapat menggambarkan kepribadian seseorang. Kuku di ujung jari empunyai hubungan yang erat dengan susunan saraf, dengan cabang-cabangnya yang terhalus berujung dipucuk-pucuk jari.

Ada berbagai macam bentuk kuku mulai dari bentuk almond, bentuk oval, bentuk kerang, bentuk persegi, bentuk runcing, dan bentuk lebar.
Jika dilihat dari bentuk kuku, saya lebih cenderung ke bentuk kuku persegi. Kepribadian seseorang yang memiliki bentuk kuku persegi yaitu berakal sehat, menunjuk kemapanan seseorang dan sabar.


1.     Masa Ilmiah 

a.    Teori Tabula Rasa

Dalam bukunya yang berjudul "An Essay Concerning Human Understanding" Pada tahun 1690, John Locke mengemukakan Teori Tabula Rasa. Menurut teori ini, manusia yang baru lahir seperti batu tulis yang bersih dan akan menjadi seperti apa kepribadian seseorang ditentukan oleh pengalaman yang didapatkannya. 

Saya memiliki sifat keras, diturunkan oleh ayah saya karena sewaktu saya kecil saya didik keras oleh ayah saya agar saya tidak hidup sebagai anak yang lemah dan manja saya selalu di ajarkan untuk mandiri dan tidak boros. Dari kecil saya sudah rajin menabung, sewaktu saya sekolah dasar saya sudah bisa mencari uang sendiri dengan cara berjualan es lilin dengan modal saya sendiri dan dari itu saya selalu diajarkan untuk tidak hidup membuang-buang uang.

b.    Teori Cermin Diri

Teori Cermin Diri (The Looking Glass Self) ini dikemukakan oleh Charles H. Cooley. Teori ini merupakan gambaran bahwa seseorang hanya bisa berkembang dengan bantuan orang lain. Setiap orang menggambarkan diri mereka sendiri dengan cara bagaimana orang - orang lain memandang mereka.

Seperti yang saya alami orang tua saya selalu mengatakan bahwa saya anak yang mandiri. Dan hal itu terbukti benar ketika banyak orang yang bertemu dengan saya dan mengatakan bahwa saya orang yang mandiri.



Sekian penjelasan mengenai pendekatan kepribadian terhadap diri saya berdasarkan berbagai teori dan berbagai sumber. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan.

Wassalamualaikum Wr. Wb